Takut Akan Datangnya Kiamat di Bumi
Membukainternetpositif - Dipandang dari tampilan, Bob Valenti, tampak seperti pria mapan 40-an. Bapak dua anak, dengan upah luar umum tinggi di suatu perusahaan tehnologi. Dia juga seseorang perencana yang baik, seperti dana pensiun atau cost pendidikan tidak terbatas untuk anaknya.
Satu tahun lebih lantas, ia serta istrinya jual rumah mereka yang terdapat di jantung kota Chicago. Merk pindah ke kota Downers Grove, Ilinois. Suatu kota di pinggiran, dengan rumah 12 kamar, halaman yang luas serta suatu ruang bawah tanah. Rumah seharga US$800 ribu bukanlah sembarang rumah. Juga dengan ruang bawah tanahnya. Dilengkapi beragam stock makanan yang tahan untuk sekurang-kurangnya setahun.
" Perekonomian dapat mendadak alami hiperinflasi. Seluruhnya tidak teratasi, dikarenakan suatu bencana, kiamat kecil, " kata Valenti seperti ditulis dari The Week, pada Juli 2015. Baginya, bunker serta persiapan 'bertahan hidup' yaitu hanya satu langkah supaya ia serta keluarganya selamat.
Valenti tak sendiri. Banyak warga Amerika Serikat serta warga dunia bahkan juga himpunan sekte keyakinan jadi beberapa 'survivalist' atau 'prepper'. Mereka yaitu beberapa orang yang menyiapkan diri dari bencana serta kiamat kecil. Ramalan bencana, ramalan kiamat, wabah penyakit, serangan teroris, senjata pemusnah massal bikin mereka bersiap untuk menyelamatkan hidup.
Bahkan juga, orang-orang kelas menengah AS juga mulai memperhitungkan bangun perlindungan dari kiamat.
" Saya pikir, kiamat yaitu yang paling saya takuti, " kata Braxton Southwick, bapak enam anak dari Salt Lake City. " Bukanlah waktu peristiwa, namun selanjutnya. Akan tak ada polisi, militer membuat perlindungan kami. Kita mesti membantu diri sendiri, " katanya.
Menurut Southwick, setelah kiamat, tak ada lagi kepercayaan serta pemerintahan.
Bunker punya keluarga Southwick betul-betul didesain untuk hadapi Armageddon. Meski tidak semewah punya Valenti, sekurang-kurangnya, mereka mempunyai makanan kering serta kaleng yang ada untuk setahun ke depan. Diluar itu, senjata-senjata serta amunisi cukup bikin keluarga mereka seperti satu pleton prajurit.
Anak-anak Southwick, termasuk juga yang termuda berumur 15 th. telah lihai menggunakan senjata. Mereka meyakini, gerombolan orang lapar serta mungkin saja zombie bakal merangsek, coba masuk bunker. Dengan senjata api, beberapa pengganggu bisa dilawan.
No comments:
Post a Comment